Tsunami Aceh: Ziarah Rutin, Penghormatan Korban di Ulee Lheue
Tragedi Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 silam meninggalkan luka yang tak akan pernah terhapus dari ingatan masyarakat Aceh, bahkan dunia. Gelombang raksasa yang menghantam pesisir Aceh, termasuk Ulee Lheue, merenggut ratusan ribu jiwa dan meluluhlantakkan peradaban. Dua dekade berlalu, namun penghormatan terhadap para korban terus dilakukan, salah satunya melalui ziarah rutin ke kuburan massal.
Setiap tahun, terutama menjelang peringatan 26 Desember, kawasan Ulee Lheue, Banda Aceh, menjadi pusat ziarah dan doa. Kuburan massal di Ulee Lheue adalah saksi bisu betapa dahsyatnya Tsunami Aceh, menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi ribuan korban yang tidak teridentifikasi. Para keluarga korban dan masyarakat berbondong-bondong datang untuk mengenang.
Tradisi ziarah ini tidak hanya dilakukan pada momen peringatan tahunan. Banyak penyintas dan keluarga korban secara rutin mendatangi kuburan massal di Ulee Lheue. Mereka datang untuk membaca doa, melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dan memanjatkan harapan agar orang-orang terkasih mereka mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.
Kuburan massal Ulee Lheue sendiri dirawat dengan baik. Hamparan rumput hijau yang terawat dan beberapa pohon memberikan kesan teduh. Meskipun tidak ada nisan individual, batu-batu besar menjadi penanda di beberapa sudut. Di sini pula penghormatan korban tak henti-hentinya dipanjatkan oleh mereka yang ditinggalkan.
Ziarah ini bukan hanya tentang mengenang duka, tetapi juga tentang pengingat akan kekuatan alam dan pentingnya syukur. Bagi banyak penyintas, mengunjungi tempat ini adalah cara untuk menjaga memori, sekaligus memetik hikmah dari peristiwa besar yang mengubah hidup mereka. Ini adalah bentuk penghormatan korban dan pengingat untuk selalu bersyukur.
Selain kuburan massal, berbagai monumen dan museum, seperti Museum Tsunami Aceh, juga dibangun sebagai bentuk penghormatan korban dan sarana edukasi. Ini menjadi bukti bahwa masyarakat Aceh tidak ingin melupakan sejarah kelam tersebut, namun menjadikannya pelajaran berharga untuk masa depan yang lebih tangguh.
Meskipun Tsunami Aceh telah berlalu puluhan tahun, duka dan ingatan akan tragedi itu tetap hidup. Ziarah rutin ke Ulee Lheue adalah simbol kuat dari ketabahan, kebangkitan, dan rasa cinta yang abadi. Ini adalah cara masyarakat Aceh menjaga janji untuk tidak pernah melupakan mereka yang pergi, serta selalu bersyukur atas kehidupan yang tersisa.