Kopi Gayo Tembus Pasar Dunia: Ekspor Meningkat 30% di Kuartal Ketiga
Dalam beberapa tahun terakhir, komoditas khas dataran tinggi Gayo, kopi Gayo, telah menancapkan namanya di peta perdagangan global dengan capaian yang luar biasa. Data terbaru menunjukkan bahwa kinerja ekspor biji kopi asal Aceh ini mengalami lonjakan signifikan. Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh, volume ekspor kopi Gayo melonjak hingga 30% pada kuartal ketiga tahun 2025, mencatatkan angka yang memecahkan rekor sebelumnya. Lonjakan ini tak lepas dari permintaan pasar internasional yang terus meningkat, terutama dari negara-negara tujuan utama seperti Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara di Eropa.
Peningkatan drastis ini adalah hasil dari upaya kolektif yang melibatkan para petani, pemerintah daerah, dan eksportir. Menurut Kepala Dinas Pertanian Aceh Tengah, Bapak Syarifuddin, S.P., M.P., keberhasilan ini merupakan cerminan dari komitmen para petani dalam menjaga kualitas biji kopi. “Kami terus mendorong para petani untuk menerapkan praktik pertanian berkelanjutan dan pascapanen yang cermat, mulai dari pemetikan buah kopi merah yang matang, proses fermentasi, hingga pengeringan,” ujar Syarifuddin saat diwawancarai pada 12 September 2025. Ia juga menambahkan bahwa sertifikasi produk seperti Indikasi Geografis (IG) Kopi Gayo telah memberikan nilai tambah yang signifikan di mata pembeli global.
Kualitas biji kopi Gayo yang unik dan karakteristiknya yang khas menjadi daya tarik utama. Para pembeli dari luar negeri menghargai cita rasa kopi ini yang dikenal memiliki tingkat keasaman yang rendah (low acidity), aroma yang kuat (bold aroma), dan sentuhan rasa rempah-pahpah atau buah-buahan yang kompleks. Karakteristik ini muncul berkat kondisi geografis dataran tinggi Gayo yang berada di ketinggian sekitar 1.200 hingga 1.700 meter di atas permukaan laut. Keberadaan kebun kopi yang ternaungi oleh pohon-pohon besar juga menjaga kelembapan dan kesuburan tanah, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas biji kopi.
Lonjakan ekspor ini juga didukung oleh perbaikan infrastruktur logistik dan promosi yang gencar di berbagai pameran kopi internasional. Peningkatan jalur transportasi dari sentra produksi di Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues menuju pelabuhan utama telah mempercepat proses pengiriman. Selain itu, partisipasi aktif dalam acara seperti Specialty Coffee Association (SCA) Expo di Amerika Serikat dan Tokyo Coffee Festival di Jepang berhasil membuka pintu bagi banyak kesepakatan bisnis baru.
Pencapaian ini bukan hanya tentang angka, tetapi juga berdampak langsung pada kesejahteraan ribuan petani kopi di wilayah Gayo. Dengan meningkatnya permintaan, harga jual biji kopi juga stabil, bahkan cenderung meningkat, memberikan pendapatan yang lebih baik bagi para petani. Kondisi ini diharapkan dapat memotivasi generasi muda di Gayo untuk terus melestarikan warisan perkebunan kopi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas daerah mereka. Keberhasilan kopi Gayo menembus pasar dunia adalah bukti nyata bahwa produk pertanian lokal dengan kualitas premium memiliki potensi besar untuk bersaing di kancah global. Ini adalah kisah sukses yang patut dicontoh dan menjadi inspirasi bagi komoditas lain di Indonesia.
